Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Anak Jadi Saksi Bullying

Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Anak Jadi Saksi Bullying Kasus bullying terus merebak dan viral di media massa. Hal ini tentu menambah ketakutan

Herti Annisa

anak jadi saksi bullying

Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Anak Jadi Saksi Bullying

Kasus bullying terus merebak dan viral di media massa. Hal ini tentu menambah ketakutan para orang tua. Kerap kali kasus bullying hanya bersuara pada pelaku dan korban. Namun, bagaimana jika kasusnya menimpa pada anak yang menjadi saksi bullying? 

Jika sebelumnya kami membahas mengenai anak jadi pelaku bullying, kali ini kami akan membahas apa yang harus dilakukan orang tua jika anak jadi saksi bullying?

Seberapa Penting Peran Saksi Bullying? 

Saksi punya peran besar dalam menghentikan bullying. Sayangnya, menjadi saksi bullying juga tak mudah. Ada dua respons yang bisa terjadi; bersimpati dengan korban, cuek karena merasa ada orang lain yang akan bantu, atau justru ikut menyoraki. 

Anak jadi saksi bullying bisa jadi sangat ingin membantu, tetapi tidak punya cukup keberanian. Dampaknya, saksi jadi merasa bersalah, tidak berdaya, hingga depresi karena tak bisa melakukan apapun. 

Respons lain, anak yang melihat bisa jadi cuek karena menganggap akan ada orang lain yang bisa membantu korban. Biasanya, kasus seperti ini terjadi saat bullying dilakukan di tempat umum. 

Ketiga respons ini tentu merugikan banyak pihak, baik saksi ataupun korban bullying. Adanya saksi pada kasus bullying diharapkan bisa paling tidak melaporkan pada pihak lain yang bisa membantu untuk menghentikan kejadian tersebut. 

Bagaimana Jika Anak Jadi Saksi Bullying? 

Sumber: Freepik

Berikut ini beberapa hal yang perlu Ayah & Mama lakukan jika anak melihat tindakan bullying. 

1. Jangan langsung menyalahkan atau ikut bully

Ada banyak alasan kenapa anak ikut bully atau cuek saat melihat kejadian tersebut. Jangan langsung menyalahkan karena mungkin anak belum tahu jika mengolok-olok atau mengejek menjadi tindakan bullying. 

Bisa jadi anak merasa takut dijadikan korban bully selanjutnya. Sehingga Mama & Ayah perlu mendengar alasan jika anak bersikap cuek saat melihat bullying. 

2. Ajak diskusi anak terhadap kasus bullying yang dilihat

Ayah & Mama perlu mengajak anak bicara untuk membahas dampak bullying yang dilihat. Anak perlu tahu kalau tindakan ini salah dan berdampak negatif. 

Harapannya, anak tidak meniru dan bisa menghentikan bullying. Tanamkan pikiran kalau mereka punya tanggung jawab untuk menghentikan bully, meski tidak mengenal korban. 

3. Ajarkan anak untuk bisa minta bantuan

Takut menjadi saksi bullying adalah perasaan yang valid. Namun, Ayah & Mama bisa berdiskusi mengenai cara-cara yang bisa anak lakukan untuk menghentikan bullying. Misalnya, melaporkan ke guru diam-diam agar tak dicap pengadu. 

4. Anak perlu bela dan dukung korban 

    Saat anak jadi saksi bullying, ajarkan anak untuk merangkul korban. Menemani korban bisa melindungi mereka dari tindakan bullying yang mungkin terjadi kedepannya.

    Minta anak untuk berteman dengan korban, misal dengan makan siang bersama atau duduk bersama di kelas. Korban jadi tidak merasa sendirian. 

    5. Minta bantuan profesional jika anak mengalami perubahan

    Seperti disinggung sebelumnya, anak jadi saksi bullying bisa mengalami dampak negatif secara tidak langsung. Anak jadi mudah cemas, murung, kurang percaya diri, bahkan menarik diri dari pergaulan. 

    Jika ada perubahan anak setelah melihat tindakan bullying, Mama & Ayah bisa minta bantuan profesional seperti psikolog anak atau guru di sekolah. Deteksi seberapa lama anak menjadi saksi dan pengaruh terhadap kondisi psikologis mereka. 

    Kasus bullying di sekolah tentu menjadi tanggung jawab bersama. Orang tua punya peranan besar untuk mendidik anak agar mereka tumbuh jadi pribadi penuh empati dan berani, khususnya untuk mempertahankan diri dan membela orang yang tertindas. 

    Tags

    Related Post

    Leave a Comment