Beberapa hari ini sedang viral kasus mengenai anak TK yang terkena pelecehan seksual. Mirisnya pelecehan seksual tersebut dilakukan oleh temannya sendiri yang juga masih memasuki usia TK, sekitar 4/5 tahun.
Membaca berita dari Kumparan, saya seakan langsung bisa merasakan perasaan takut, panik, dan marahnya orangtua korban.
Bagaimana tidak? Sejak sekitar bulan November, anaknya mulai menunjukkan perilaku yang tidak seperti biasanya. Namun sampai berita tersebut viral, orangtua korban masih belum menemukan penyelesaian yang adil dan sesuai akan kejadian ini.
Kemudian, yang membuat saya heran lagi, bagaimana seorang anak TK bisa melakukan pelecehan seksual? Padahal kalau dilihat dari usianya, usia tersebut masih belum memiliki hasrat seksual?
Melalui artikel ini, kami berusaha menjelaskan upaya-upaya yang bisa mama & ayah lakukan agar anak dapat terhindar dari pelecehan seksual serupa dengan mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak.
Bedanya Seks dan Seksualitas
Pertama, sepertinya masih banyak Ayah & Mama yang masih keliru dalam memaknai kedua istilah ini, seks dan seksualitas. Pendidikan seksualitas masih berkonotasi mengajarkan seks kepada anak-anak, padahal tidak begitu.
Seks biasanya merujuk pada alat kelamin dan tindakan penggunaan alat kelamin secara seksual. Sedangkan seksualitas adalah konsep yang lebih abstrak, mencakup aspek yang tak terhingga dari keberadaan manusia, termasuk didalamnya aspek fisik, psikis, emosional, politik, dan hal-hal yang terkait dengan berbagai kebiasaan manusia. 1
Dengan mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak, nantinya mereka juga akan mendapat pemahaman mengenai pendidikan seks yang benar dan terarah.
Jadi pendidikan seksualitas bukanlah sekedar pengetahuan dalam kegiatan seksualitasnya saja, melainkan mencakup semua hal yang berhubungan dengan perannya sebagai laki-laki maupun sebagai perempuan.
Sejak Umur Berapa Anak Diajarkan Pendidikan Seksualitas?
Sebetulnya tidak ada istilah terlalu dini dalam mengajarkan pendidikan seks kepada anak. Hanya saja, orang tua memang perlu memperhatikan tahapan pendidikan seksualitas ini sesuai dengan umur mereka.
Misalnya saja, begitu anak memasuki usia 1-2 tahun bahkan sampai 4 atau 5 tahun, Ayah & Mama sudah bisa mengajarkan apa saja area pribadi yang tidak boleh disentuh sembarangan.
Hal ini bisa dijelaskan biasanya saat anak sedang mandi. Ayah & Mama bisa mengenalkan kepada anak tentang lagu sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh ini:
Tahapan Pendidikan Seksualitas Pada Anak
Lebih jauh mengenai tahapan pendidikan seksualitas akan kami bahas di bagian cara mengajarkan pendidikan seksualitas di bawah ini ya.
1. Jangan Menganggap Tabu
Hal ini yang paling saya ingat saat mulai memiliki anak dan berpikir mengenai pendidikan seksualitas. Ayah & Mama sebagai orangtua tidak boleh menganggap pendidikan seksualitas ini sebagai hal yang tabu.
Bahkan Ayan & Mama bisa memulainya dengan mengajarkan nama yang benar mengenai organ tubuh mereka seperti penis dan vagina.
Memang bagi sebagian orang hal tersebut masih tabu, namun kalau Ayah & Mama biasa menyebutnya dengan nama yang benar, hal tersebut tidaklah menjadi aneh dan tabu dalam kepala si kecil.
2. Memulai Diskusi Terbuka
Saat anak memasuki usia remaja, kalau bisa Ayah & Mama lah yang mulai menjelaskan dan bertanya kepadanya apa saja yang mereka pahami mengenai perkembangan usianya, khususnya mengenai pubertas dan seksualitas.
Dengan biasa berkomunikasi terbuka, Ayah & Mama bisa menjadi tempat pertama mereka bertanya dan bercerita segala hal yang dialaminya.
3. Ajarkan secara bertahap
Pendidikan seksualitas tidak bisa diajarkan hanya pada satu tahap perkembangan anak, melainkan sesuai perkembangan umurnya. Mama & Ayah bisa mengajarkan pendidikan seksualitas ini sesuai tahap usianya.
0-3 tahun
- Usia 1-2 tahun, anak mulai belajar mengenai organ-organ tubuh, termasuk alat vitalnya. Ajarkan nama yang benar sesuai dengan jenis kelamin si kecil.
- Sekitar usia 2-3 tahun (bahkan sampai 4 tahun), ajari si kecil kegiatan toilet training dan cara membersihkan alat kelaminnya secara bertahap.
3-5 tahun
- Anak mulai bertanya mengenai bagaimana asalnya bayi. Jelaskan proses kehamilan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh si kecil.
Akan lebih baik dilengkapi dengan bantuan visual seperti USG saat anak masih di dalam kandungan atau buku bergambar mengenai proses kehamilan ini.
Beberapa buku yang bisa digunakan adalah Kenapa Adik Bayi Lahir dari Sakeena Publishing, Bunda, Kenapa Ya? dari Grow the Seed, dan Allah Ciptakan Tubuhku dari penerbit The Gang Of Fur. - Memberikan informasi dan pemahaman mengenai peran gender laki-laki dan perempuan.
- Mulai ajari si kecil mengenai sentuhan baik dan tidak baik seperti contoh video sebelumnya.
Hal ini dalam upaya mengajarkan privasi pada anak sehingga tidak boleh sembarangan orang yang bisa menyentuh tubuh mereka. - Mulai kenalkan dengan rasa malu. Ajari si kecil untuk memakai pakaian di kamar dan hindari tubuhnya dilihat oleh orang lain setelah maupun saat mandi.
6-12 tahun
- Perkuat pemahaman si kecil mengenai privasi dan hal pribadi.
- Latih si kecil untuk tidur terpisah dengan orangtua. Bahkan pisahkan tempat tidur anak dalam satu kamar walaupun mereka memiliki jenis kelamin yang sama. Jadi sesama perempuan, walaupun saudara kandung, sebaiknya tidur di ranjang yang terpisah ya ma.
- Mulai usia 8 tahun, beri pemahaman mengenai pubertas, yaitu mengenai menstruasi dan mimpi basah.
Kabar baiknya, mulai kelas 4 sekolah dasar, pubertas ini juga dibahas dalam jam pelajaran khusus dan terpisah antara perempuan dan laki-laki.
Pubertas yang diajarkan lebih dari sekedar perubahan fisik apa saja yang terjadi, melainkan juga perubahan emosi pada anak. - Anak mulai ingin tahu tentang aktivitas seksual. Beri arahan dan tekankan bahwa hal tersebut hanya boleh dilakukan oleh dua orang yang sudah dewasa dan menikah.
- Dampingi anak saat mendapatkan pelajaran mengenai reproduksi secara biologis di sekolah.
- Beri pemahaman kepada anak mengenai resiko hamil usia dini serta penyakit menular seksual.
- Beri batasan penggunaan gadget dan internet. Ayah & Mama perlu memberi pemahaman kepada anak untuk tidak sembarangan mengekspos dirinya di internet.
- Beri pemahaman mengenai hubungan pertemanan yang sehat dan yang tidak sehat.
4. Ajarkan dengan cara menyenangkan
Untuk anak usia dini, Mama & Ayah bisa mengajarkan pendidikan seksualitas dengan cara yang menyenangkan dan dengan cara yang paling bisa mereka pahami. Salah satu caranya adalah dengan bermain.
Beri permainan yang bisa mengajarkan si kecil tentang gender, proses terjadinya adik bayi, juga tentang peran setiap anggota keluarga di dalam rumah.
Jenis permainannya bisa melalui role playing, board game, ataupun life cycle. Contohnya bisa dilihat di jurnalbermain.com.
Bisa juga dengan membacakan nyaring buku-buku terkait pendidikan seksualitas kepada anak.
Bahkan, Ayah & Mama bisa mengajarkan si kecil nyanyian untuk menghindari pelecehan seksual yang berjudul TOTELALA (TOlak, TEriak, LAri, dan LApor).
Semoga si Kecil Terhindar dari Pelecehan Seksual
Demikianlah cara-cara yang bisa Ayah & Mama lakukan dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak, khususnya anak usia dini. Hal ini demi menghindarkannya dari pelecehan seksual yang mungkin terjadi.
Kalian juga bisa membaca buku Anakku Sayang, Anakku Aman! yang ditulis oleh Prof. Etty Indriati, Ph.D. agar bisa lebih waspada dan memberikan bekal kepada anak agar terhindar dari pelecehan seksual dan semacamnya.
Sumber:
3 thoughts on “Ini Cara Mengajarkan Pendidikan Seksualitas Pada Anak”