Ini Dia Manfaat Mengajarkan Delayed Gratification Pada Anak

Apa yang akan Mama dan Ayah lakukan jika si kecil tiba-tiba meminta mainan saat kita sedang pergi ke mall? Padahal, kita sedang tidak berencana membelikannya

Istiana Sutanti

Anak memiilh mainan di mall

Apa yang akan Mama dan Ayah lakukan jika si kecil tiba-tiba meminta mainan saat kita sedang pergi ke mall? Padahal, kita sedang tidak berencana membelikannya mainan saat itu karena mungkin di rumah sudah punya atau sudah ada mainan serupa.

Mungkin bagi sebagian orangtua akan merasa kasian karena si kecil akan menangis (bahkan sampai meraung-raung di lantai mall), maka akhirnya orangtua akan menyanggupi dan membelikan mainan tersebut ya.

Anak saya pun pernah sih beberapa kali meminta mainan seperti itu. Tapi Alhamdulillah bisa diberi pengertian kalau kami ke mall kali itu bukanlah untuk membeli mainan, jadi kita bisa mencatatnya terlebih dulu baru kapan-kapan membeli mainan tersebut.

Percaya deh, menunda keinginan anak itu tidak apa dan hal tersebut justru diperlukan dalam perkembangan dan pengasuhan anak.

Bahkan banyak lho manfaatnya untuk tidak langsung mengabulkan keinginan si kecil. Hal tersebut bisa disebut sebagai Delayed Gratification.

Sudah ada penelitiannya juga terkait manfaat delayed gratification ini terhadap perkembangan, baik perkembangan emosi dan juga sosial anak.

Percobaan Marshmallow

Sebut saja percobaan Marshmallow yang dilakukan pada tahun 1960an di Stanford.

Percobaan ini melibatkan beberapa anak TK yang masing-masingnya diletakkan pada suatu ruangan lalu diberi satu buah marshmallow di meja.

Mereka kemudian diminta untuk menunggu beberapa menit untuk tidak langsung memakan marshmallow tersebut. Jika mereka berhasil menunggu dan tidak memakannya, maka mereka akan mendapat 1 marshmallow lagi sehingga akan mendapat 2 marshmallow.

Sedangkan yang tidak berhasil menunggu, tidak akan diberi marhsmallow lagi dan hanya mendapat apa yang mereka makan tersebut.

Anak makan marshmallow

Sumber: Canva

Hasilnya ada sebagian anak yang langsung memakannya, ada yang menunggu sebentar lalu akhirnya memakannya juga, namun ada juga yang bisa bersabar menunggu sampai akhirnya mereka berhasil mendapatkan 1 marshmallow lagi.

14 tahun kemudian, diketahui ternyata anak-anak yang berhasil menunggu bisa memiliki relasi sosial yang lebih baik, kendali emosi yang lebih stabil, juga memiliki nilai kemampuan akademis yang lebih tinggi.

Di sinilah akhirnya terbukti, bahwa menunda keinginan cukup penting untuk diajarkan ke si kecil karena memberi banyak manfaat.

BACA JUGA: Pikirkan Mantra Ini Agar Mama Tidak Mudah Emosi

Pengertian Delayed Gratification

Delayed gratification alias menunda keinginan adalah kemampuan untuk tidak segera mendapatkan yang diinginkan saat itu juga, alias bisa menahan diri dari godaan untuk suatu tujuan yang lebih besar.

Seperti hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, delayed gratification ini juga menunjukkan bahwa anak yang berhasil menunda keinginan dan menolak godaan impulsif memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk sukses dibandingkan yang tidak memiliki kemampuan tersebut.

Si anak sudah berhasil menolak keinginan untuk segera menghabiskan marshmallow yang ada di hadapannya demi mendapatkan 2 buah marshmallow dibanding hanya mendapat satu yang dia makan itu saja.

Manfaat Delayed Gratification

Berdasarkan penelitian tadi, akhirnya menunjukkan ya kepada kita, kalau delayed gratification rupanya memberi banyak manfaat yang bisa menjadikan anak lebih sukses dalam hidupnya.

Beberapa manfaat yang bisa didapat dari delayed gratification ini seperti:

Melatih Kontrol Diri

Si kecil jadi memiliki kemampuan kontrol diri yang lebih baik dengan berhasil mengalahkan keinginan impulsifnya.

Dia paham, kalau keinginan tersebut dikabulkan sekarang juga, nantinya dia tidak bisa mewujudkan hasil yang lebih baik.

Dalam hal percobaan marshmallow tadi, dia paham bahwa dirinya tidak akan mendapat 2 buah marshmallow kalau dia langsung memakan yang dihadapannya.

Si kecil akhirnya juga bisa menjadi anak yang berusaha lebih kuat untuk mendapatkan keinginannya.

Kemampuan Mengambil Keputusan Lebih Baik

Dengan terbiasa mengambil keputusan dari pilihan yang diajukan, anak juga jadi berlatih untuk mengambil keputusan yang lebih memberi dampak yang baik bagi dirinya.

Si kecil jadi terbiasa untuk berpikir panjang sebelum memutuskan segala sesuatu. Dia jadi menimbang kebaikan dan keburukan dari suatu keputusan yang diambilnya.

Kemampuan Akademik yang Lebih Baik

Anak dengan kemampuan akademis yang baik

Sumber: Canva

Akhirnya, kebiasaan memilih dan menimbang segala sesuatu akan menjadikan anak juga lebih kritis sehingga bisa menghasilkan kemampuan akademis yang lebih baik.

Dengan terbiasa menunda kesenangan, anak jadi terbiasa menolak keinginan untuk bermain saat memang diharuskan untuk belajar.

Si kecil jadi cenderung akan lebih fokus pada pelajaran dan mengerjakan tugas-tugasnya tepat waktu. Mereka terbiasa bertanggung jawab dan disiplin.

Melatihnya Mengendalikan Emosi

Manfaat delayed gratification dalam pengendalian emosi anak bisa dilihat melalui lebih tenangnya mereka saat keinginannya tidak tercapai.

Di samping itu, anak juga memiliki cara yang lebih sehat dalam menangani stress yang terjadi pada dirinya.

Karena, dengan menunda keinginan, pasti akan ada perasaan sedih atau kecewa yang si kecil rasakan saat keinginannya tidak dikabulkan saat itu juga.

Namun seiring waktu, apabila anak juga terbiasa melihat buktinya, dengan menunda keinginan ternyata dia bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.

Maka anak jadi lebih tenang dalam menghadapi rasa sedih dan kecewanya tersebut.

Hal inilah yang membuat si kecil jadi lebih baik dalam mengendalikan emosinya.

Meningkatkan Kemampuan Berhubungan Sosial

Dengan terbiasa melakukan delayed gratification, anak juga jadi lebih baik dalam menjalani kehidupan sosialnya.

Si kecil akan memiliki sifat sabar dan juga lebih empati serta mampu berkomunikasi secara efektif dengan lingkungannya.

Rasanya hal ini karena si kecil sudah memiliki kemampuan mengendalikan emosi dan kontrol diri yang baik ya.

Menyeimbangkan Kesehatan Mental

Kemudian, anak yang terbiasa menghadapi delayed gratification akan cenderung terhindar dari anxiety, depresi, dan beberapa masalah kesehatan mental lainnya.

BACA JUGA: Jangan Panik, Ini Panduan Saat Anak Tantrum

Cara Mengajarkan Delayed Gratification

Nah, mungkin Mama dan Ayah juga bisa menerapkan delayed gratification ini di rumah. Salah satunya ya dengan cara yang mirip dengan penelitian marshmallow yang sebelumnya dilakukan tadi.

Beberapa cara lainnya yang bisa dicoba adalah:

Ajarkan Anak Menabung

Dengan mengajarkan anak menabung, sebetulnya ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan lho.

Terutama dalam hal mengajarkan edukasi finansialnya. Namun, terkait delayed gratification ini, manfaat menabung bagi si kecil jadi terbiasa untuk menentukan tujuan yang ingin dicapainya.

Si kecil juga berlatih untuk sabar, karena ternyata untuk mencapai tujuan (barang yang mereka inginkan) tadi tidaklah mudah dan butuh waktu.

Maka dari itu, menabung merupakan contoh yang paling dekat dengan delayed gratification ini. Karena Mama dan Ayah jadi mengajarkan anak untuk tetap mengingat tujuan menabung serta menahan keinginan-keinginan yang akan muncul seiring waktu mengumpulkan tabungannya.

Beri Apresiasi Saat Anak Berhasil Melakukan Delayed Gratification

Saat si kecil berhasil melakukan delayed gratification, jangan lupa untuk memberinya apresiasi. Apresiasai ini tidak harus dalam bentuk uang atau barang ya.

Bisa juga hal yang memang mereka nikmati, dibikinkan es teh manis misalnya. Atau Mama memasakkan makan malam kesukaannya. Bisa juga kata-kata pujian yang membanggakan.

Hal ini akan membuat si kecil merasa hal yang dilakukannya sudah benar dan akan mengulanginya lagi dan lagi di masa yang akan datang.

Ajarkan Kemampuan Membuat Keputusan

Bukankah dengan diberi pilihan, anak juga belajar membuat keputusan? Yap, dengan memberi mereka pilihan, artinya Mama dan Ayah sudah mengajarkan mereka untuk mengambil keputusan sendiri.

Berikutnya, Mama dan Ayah bisa membantu si kecil dalam proses pengambilan keputusannya. Jadi setelah memberinya pilihan, Mama dan Ayah bisa menjelaskan pro dan kontra dari setiap keputusan yang akan diambilnya.

Si kecil jadi berpikir dan menimbang mana keputusan yang lebih baik dari penjelasan kita tadi.

Jadilah Contoh

Nah hal-hal yang kita ajarkan akan menjadi sia-sia jika orangtua tidak melakukannya. Maka, menjadi contoh dalam melakukan delayed gratification justru merupakan langkah yang paling penting.

Pasalnya, anak adalah peniru ulung. Jadi, alih-alih mendengar beribu nasehat, satu contohlah yang biasanya akan paling efektif menjadikan anak seperti yang kita inginkan.

Maka, jika Mama dan Ayah ingin anak sabar, Mama dan Ayah sendiri dulu lah yang harus mencontohkan sifat tersebut.

Begitu pula dengan delayed gratification, Mama dan Ayah bisa menunjukkan ke anak juga kalau untuk membeli gadget atau mobil, atau apapun yang nilainya cukup besar, Mama dan Ayah juga perlu berusaha untuk menghasilkan uang dan menabungnya sedikit demi sedikit.

Dengan mengetahui hal ini, si kecil jadi merasa yakin, dirinya pun akan bisa melakukan seperti yang orangtuanya lakukan.

Menunda Keinginan Memang Sulit

Banyak yang tidak terbiasa dengan delayed gratification karena hal tersebut memang sulit dan cenderung tidak pasti.

Sebagai manusia, memang biasanya cenderung memilih yang pasti akan didapatkan saja. Sementara jika melakukan delayed gratification, kita tidak bisa memastikan akan pasti mendapat yang kita inginkan nantinya.

Contohnya, sudah susah payah menghindari makanan tinggi kalori demi berhasilnya diet. Tapi, kita sendiri belum tau kapan pastinya berat badan akan turun. Ketidakpastian seperti itulah yang menjadikan kita sulit melakukan delayed gratification.

Maka dari itulah, Mama dan Ayah memang harus melatih delayed gratification ini sejak kecil. Karena semakin anak terbiasa dengan delayed gratification ini, semakin mahirlah ia, dan akhirnya akan memunculkan manfaat-manfaat tadi.

Tags

Related Post

1 thought on “Ini Dia Manfaat Mengajarkan Delayed Gratification Pada Anak”

  1. Pingback: Bukan Nabung, Tapi Ajarkan Anak Menghabiskan Uang

Leave a Comment